ANEMIA dan DARAH RENDAH


Awas Keliru, Anemia dan Darah Rendah Serupa Tapi Tak Sama Lho


Banyak orang mengira anemia dan darah rendah itu sama saja, bahkan keduanya dianggap hanyalah persamaan kata dari satu sama lain. Padahal meski gejalanya mirip, kedua kondisi ini jelas jauh berbeda.


Selain dikatakan sebagai sinonim, kesalahpahaman lain yang dianut banyak orang terkait anemia dan penyakit darah rendah alias hipotensi itu adalah ketika seseorang diketahui menderita hipotensi, sudah pasti ia juga menderita anemia. Padahal keduanya juga tak melulu berkaitan.

Singkatnya, "Kalau darah rendah itu tekanan darahnya yang rendah atau lemah, ini diukurnya dengan menggunakan tensi meter. Sedangkan anemia adalah butir darah merahnya yang berkurang, ini diukurnya pakai Hb meter," terang Prof. Dr. dr. Budhi Setianto, Sp JP, FIHA dari Rumah Sakit Jantung & Pembuluh Darah Harapan Kita saat dihubungi detikHealth seperti ditulis Rabu (29/5/2013).

Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki sel-sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen yang memadai ke setiap organ dan jaringan tubuhnya. Gejalanya bervariasi, mulai dari kelelahan, muka pucat, jantung berdetak cepat tapi tak beraturan, sesak napas, nyeri dada, pening, gangguan kognitif, hingga tangan terasa dingin, begitu pula dengan kaki serta sakit kepala.

Sedangkan kebalikan dari darah tinggi (hipertensi) yaitu darah rendah atau lengkapnya penyakit tekanan darah alias hipotensi menunjukkan kondisi dimana tekanan darah Anda lebih rendah dari tekanan darah normal yaitu 120/80 mmHg.

Dalam hal ini 120 mmHg menunjukkan tekanan darah sistolik (tekanan darah saat terjadi kontraksi otot jantung) dan 80 mmHg merupakan tekanan darah diastolik (tekanan darah saat jantung tidak berkontraksi atau tengah beristirahat).

Menurut pakar, tekanan darah rendah baru dapat terjadi jika tekanan sistoliknya kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastoliknya di bawah 60 mmHg.

Gejalanya antara lain pening hingga terasa ingin pingsan, kurangnya konsentrasi, pandangan kabur, mual, demam, kulit pucat, sesak napas, kelelahan, depresi dan mendadak haus.

Dilihat dari gejalanya, dapat dikatakan keduanya hampir mirip karena sama-sama menyerang darah. Hanya saja tampaknya tekanan darah rendah memperlihatkan gejala yang lebih parah daripada anemia, berikut konsekuensi yang dirasakan penderita jika hipotensinya tak kunjung ditangani.

Pasalnya, anemia yang tak tertangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi seperti kelelahan dan stres, terutama pada organ tubuh yang tidak menerima cukup oksigen dan nutrisi. Namun jika seseorang mengalami hipotensi tapi didiamkan saja, orang yang bersangkutan akan merasa pening hingga pingsan yang dapat memicu kerusakan jantung dan gangguan endokrin maupun neurologis.

Lalu bagaimana cara sederhana untuk membedakan anemia dengan tekanan darah rendah? "Gejala tekanan darah itu tidak ada baik tinggi maupun rendah, kalau dilihat secara biasa mungkin tidak bisa kalau tekanan darah ya ukur tensi, kalau anemia periksa Hb tetapi kalau anemia yang paling bisa kelihatan adalah bagian bawah mata pucat," jelas Dr. Santoso Karo Karo SpJP MPH (K), mantan Ketua Yayasan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI).

Kendati secara umum anemia dan tekanan darah rendah tak berkaitan, pada kasus tertentu hipotensi juga dapat menyebabkan anemia. Misalnya pada penderita malnutrisi atau kekurangan vitamin B12 dan asam folat yang dapat memicu anemia. Hal ini karena dengan adanya anemia, tubuh tak dapat memproduksi sel-sel darah merah yang memadai yang dapat menyebabkan tekanan darah menjadi rendah atau menurun.

http://health.detik.com/read/2013/05/29/130030/2259026/775/awas-keliru-anemia-dan-darah-rendah-serupa-tapi-tak-sama-lho

==========================================================

Tekanan Darah Rendah Bisa Naik Kembali dengan Makanan Ini


 Sering merasa pusing atau lesu? Mungkin Anda mengalami tekanan darah rendah. Orang dikatakan mengalami tekanan darah rendah jika tekanan sistolik (angka atas dalam pembacaan tekanan darah) kurang dari 90 mmHg atau nilai tekanan diastolik (angka bawah dalam pembacaan tekanan darah) kurang dari 60 mmHg.

Untuk mengatasi tekanan darah rendah, langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan memilih cara yang lebih alami, yaitu dengan mengonsumsi makanan sehat. Berikut 6 makanan terbaik mengatasi tekanan darah rendah atau hipotensi, seperti dilansir dariHealth Me Up, Rabu (29/5/2013):
1. Kacang-kacangan
Penelitian di Harvard Heart Letter merekomendasikan untuk makan kacang-kacangan karena dapat meningkatkan tekanan darah. Kacang-kacangan dapat dicerna secara perlahan oleh sistem pencernaan. Inilah yang membuat tekanan darah naik. Jadi, jangan lupa mengonsumsi buncis, kacang merah, kacang polong, dan kacang hijau ke dalam menu makanan Anda sehari-hari.
2. Air mineral
Berkurangnya jumlah cairan di tubuh turut mempengaruhi nilai tekanan darah. Oleh karena itu salah satu cara menaikkan tekanan darah adalah dengan cukup mengonsumsi air putih kurang lebih sekitar 8-10 gelas per hari.
3. Sayur bayam
Sayuran hijau seperti bayam kaya akan kalium, namun rendah sodium. Folat dalam bayam juga dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi dan melemaskan pembuluh darah. Proses ini nantinya akan mempertahankan kelancaran aliran darah.
4. Daging dan hati ayam
Daging ayam mengandung protein hewani yang diyakini bisa meningkatkan tekanan darah. Sebab, tubuh membutuhkan protein untuk membangun sel, termasuk sel dalam pembuluh darah. Pembuluh darah yang lemah akan mempengaruhi aliran dan tekanan darah ke seluruh tubuh.

"Konsumsi hati atau daging dianjurkan, yang penting asin. Tekanan darah rendah salah satunya terjadi karena kandungan garam dalam darahnya rendah, jadi usahakan makan makanan yang asin atau kandungan garamnya tinggi untuk mengganti elektrolit yang hilang," imbuh Prof. Dr. dr. Budhi Setianto, Sp JP, FIHA, spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Jantung & Pembuluh Darah Harapan Kita, saat dihubungi detikHealth dan ditulis Rabu (29/5/2013)
5. Roti dan sereal
Roti dan sereal memberikan 20 persen zat besi jika dikonsumsi setiap hari. Gandum memberikan efek lebih sehat pada tubuh sehingga penting untuk dijadikan menu makanan Anda sehari-hari. Selain itu, gandum juga mempunyai banyak kandungan zat besi yang mampu mengurangi risiko tekanan darah rendah.
6. Kopi
Kopi memiliki antioksidan yang membantu menahan efek buruk dari peradangan pada arteri. Sesaat setelah meminumnya, kopi meningkatkan tekanan pada darah dan denyut jantung.

"Tekanan darah rendah bisa dinaikkan dengan meminum kopi 1-2 gelas per hari, yang penting tidak berlebihan," ujar Dr. Santoso Karo Karo, SpJP, MPH (K), mantan Ketua Yayasan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), saat dihubungi detikHealth.
(DetikHealth)

=================================================================================

Waspada, Orang-orang Ini Rawan Kena Anemia


Anemia merupakan kondisi yang ditandai dengan jumlah sel darah merah yang menurun dalam darah atau bisa juga disebabkan oleh jumlah sel darah merah yang melebihi normal. Kondisi ini terjadi baik laki-laki maupun perempuan. bisa mengalami anemia. Namun, beberapa orang dikatakan lebih rawan terkena anemia.

Berikut daftar orang-orang yang rawan terkena anemia menurut Dr. Santoso Karo Karo, SpJP, MPH (K), mantan Ketua Yayasan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), saat dihubungi detikHealth dan ditulis Rabu (29/5/2013):

1. Ibu hamil
Anemia bisa muncul selama kehamilan karena rendahnya tingkat zat besi, asam folat, dan protein. Anemia juga bisa muncul sebagai akibat dari perubahan dalam darah. Selama 6 bulan pertama kehamilan, cairan darah (plasma darah) meningkat lebih cepat dibandingkan dengan jumlah sel darah merah.

Perubahan ini memberi efek mencairkan darah dan dapat menyebabkan anemia. Selain itu, menurut Dr Santoso, kondisi ibu hamil yang sering mual dan muntah juga memberikan risiko anemia. Untuk mencegah kejadian buruk ini, ibu hamil disarankan untuk banyak memakan pisang.
2. Bayi
Selama tahun pertama kehidupan, sebagian bayi berisiko terkena anemia karena kekurangan zat besi. Bayi-bayi ini termasuk mereka yang lahir prematur dan bayi yang tidak diberikan makanan pendamping ASI cukup zat besi.
3. Perempuan usia subur
Perempuan usia subur berisiko tinggi terkena anemia karena mereka kehilangan banyak darah saat melalui periode menstruasi, khususnya saat menstruasi hari pertama.

Untuk mengurangi risiko anemia saat periode menstruasi, dianjurkan para perempuan untuk mencukup asupan zat besi melalui makanan dan rutin berolahraga ringan. Makanan yang kaya akan kandungan zat besi antara lain, seperti bayam, kacang kedelai, tahu, buncis atau kacang panjang. Rekomendasi umum asupan zat besi setiap harinya bagi wanita usia 18-50 tahun adalah sebanyak 18 mg.
4. Vegetarian
Menurut Dr Santoso, vegetarian bisa rawan anemia sebab hanya mengonsumsi makanan tertentu. Nah, kalau Anda seorang vegetarian, ada baiknya meningkatkan asupan makanan seperti kacang polong hijau, kacang tanah, kedelai, dan sayuran hijau. Selain itu, bisa juga mengonsumsi zat besi lewat suplemen.

Namun, walaupun sudah banyak mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi, perbanyak juga konsumsi pangan sumber vitamin C, seperti jeruk, tomat, mangga, dan stroberi yang dapat mempercepat penyerapan zat besi.
5. Orang pengidap kecacingan
Kehilangan darah yang terjadi pada infeksi kecacingan dapat disebabkan oleh adanya lesi pada dinding usus karena dikonsumsi oleh cacing itu sendiri. Perdarahan itu terjadi akibat proses penghisapan aktif oleh cacing dan juga akibat perembesan darah disekitar tempat hisapan.

Untuk mencegah anemia pada pengidap kecacingan, maka jumlah zat besi yang ada dalam makanan harus lebih tinggi. Beberapa makanan yang bisa Anda pilih diantaranya tiram, udang, hati sapi, daging, telur, susu, kacang polong hijau, kacang tanah, kedelai, dan sayuran hijau.
(DetikHealth)

=====================================================================

Catat, Penyakit-penyakit Ini Bisa Sebabkan Anemia


Di samping wanita, penderita penyakit kronis merupakan yang berisiko paling tinggi mengalami anemia. Artinya, anemia juga dapat diakibatkan oleh sejumlah penyakit tertentu yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi hemoglobin. Apa sajakah itu?

"Malaria, cacingan, anemia aplastik dan thalassemia bisa menyebabkan anemia. Anemia aplastik ini anemia karena minum obat jamu-jamuan yang tidak diketahui sehingga mengganggu pembentukan sel di sum-sum tulang belakang dan limpa," ungkap dr. Santoso Karo Karo SpJP MPH (K) saat dihubungi detikHealth seperti ditulis Rabu (29/5/2013).

"Kalau thalassemia ini biasanya keturunan dan yang dipengaruhi adalah sel darahnya. Kalau salah satu orang tua sudah ada thalassemia maka anaknya bisa jadi akan mengalami juga. Oleh sebab itu harus konsultasi dulu sebelum menikah supaya tahu apa pasangannya punya thalassemia apa tidak," tambah mantan Ketua Yayasan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) itu.

Selain itu, penyakit lain yang patut diwaspadai karena dipastikan dapat menyebabkan si penderita mengalami anemia di antaranya:

- Penyakit autoimun seperti penyakit Crohn, systemic lupus erythematosus, rheumatoid arthritis dan ulcerative colitis.
- Kanker, termasuk limfoma Hodgkin
- Penyakit ginjal kronis
- Sirosis hati
- Infeksi jangka panjang seperti bacterial endocarditis, osteomyelitis (infeksi tulang), HIV/AIDS, hepatitis B atau hepatitis C

Namun tak perlu keburu bingung dulu karena anemia akibat penyakit tertentu dapat ditangani dengan cukup mudah. "Pengobatannya bisa dengan transfusi atau kalau karena cacing ya harus diobati dan dibuang cacingnya dengan minum obat cacing," tutur dr. Santoso.

Dengan kata lain, anemia dapat hilang dengan sendirinya jika penyakit yang menyebabkan munculnya kondisi kekurangan sel darah merah ini juga berhasil disembuhkan.

Jika tidak, suplemen zat besi dapat diberikan untuk mengobati anemia, tapi ini hanya mempan bagi pasien yang kadar zat besinya memang rendah. Untuk penyebab anemia tertentu seperti penyakit ginjal kronis, pasien bisa diberi obat yang disebut dengan erythropoietin. Obat ini dikatakan dapat merangsang tulang belakang untuk menghasilkan lebih banyak sel darah merah.
(DetikHealth)

============================================================================






0 komentar:

Copyright © 2013 Catatan Hidup Sehat.